HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PROGRAM GEMAR BERTASBI (GERAKAN MASYARAKAT BRANTAS TB PARU) DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS  PADA KADER TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO

Linda Wahyudi; Henry Sudiyanto; Eka Diah Kartiningrum

Linda Wahyudi
Henry Sudiyanto
Eka Diah Kartiningrum

Keywords: Fond Bertasbi, Cadre, Tuberculosis, Lung

Abstract

Tuberculosis (TB) Lung is an old disease that is the most killer among infectious diseases. Lung tuberculosis prevention efforts made by the government through the GEMAR BERTASBI Program (Pulmonary TB Brantas Community Movement). This program is carried out by a cadre of puskesmas. This study uses a cross sectional approach, the number of respondents is 36 cadres of health centers according to the inclusion criteria, and given a number of questions using the GEMAR BERTASBI questionnaire to find out the level of cadre knowledge and the questionnaire tuberculosis prevention measures know positive or negative preventive actions taken at one time. The results obtained as many as 9 (52.9%) good knowledge and take positive precautions. 3 (25.0%) sufficient knowledge and take positive precautions, 1 (14.3%) lack knowledge and take positive precautions. Analysis of research data using the Spearman 's rho statistical test with the results of p value = 0.044 (p value <0.05) means that there is a relationship of knowledge about the GEMAR BERTASBI (Gerakan Masyarakat Brantas TB Paru) program with tuberculosis prevention measures. It is recommended that pulmonary TB cadres understand the GEMAR BERTASBI program and participate in tuberculosis prevention measures.

References

Amiruddin. (2007). Faktor Resiko Kegagalan Konversi Pada Penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif di Kota Ambon Provinsi Maluku.
Azwar S. (2011). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bararah. (2013). Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan ). Bandung.
Buku Panduan (2017). Program GEMAR BERTASBI (Gerakan Masyarakat Brantas TB Paru). Puskemas Bangsal
Depkes RI. (2006). Pedoman Penerapan DOTS di Rumah Sakit. Jakarta
Depkes RI (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Gerdunas TB. Edisi 2 hal 4-6
Depkes RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :Depkes RI.
Khalifah, N., (2009). Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Kesembuhan Penderita TB Paru (Skripsi). UNNES.
Kemenkes. Rencana Strategi Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2015.
Murwani, Arita, (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 1. Yogyakarta
Muttaqin, arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kliendengan Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta. Selemba Medika.
Nizar, Muhammad. (2010). Pemberantasan dan Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan Pertama, Gosyen Publising. Yogyakarta.
Nursalam.(2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsepdan Praktek. Jakarta : Selemba Medika.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pendekatan Praktis Edisi: 4 .Jakarta : Selemba Medika.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta
Nursalam. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam .2014). Promosi Keseshatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Priyoto. (2014). Teori Sikapdan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Purwanto. (2005). Tujuan Pendidikandan Hasil Belajar. Jakarta: Jurnal Teknodik Depdiknas.
Suryo, J. (2010). Herbal Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Somatri, Irman. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gngguan Sistem Pernafasan. Jakarta. Selemba Medika.
Wahid, A. I. S. (2013). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: Trans Info Media.
Wiku, A. (2007). Kriteria Kader Posyandu. Jakarta: Medika Press.