MEKANISME PERBAIKAN PERKEMBANGAN FOLIKEL PADA RATTUS NORVEGICUS MODEL SOPK DENGAN RESISTENSI INSULIN YANG DIBERI EKSTRAK SAMBILOTO

Hany Puspita Aryani; Budi Santoso; Widjiati

Hany Puspita Aryani
Budi Santoso
Widjiati

Keywords: Folikel, Rattus Norvegicus Model SOPK, Ekstrak Sambiloto

Abstract

Seiring bertambah banyaknya kasus kejadian SOPK- resistensi insulin yang terjadi angka kejadiaan 69% (Samsulhadi, 2003), yang mengakibatkan kesulitan untuk mendapatkan anak khususnya pasangan usia subur (infertilitas). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mekanisme perbaikan perkembangan folikel pada rattus norvegicus model sopk dengan resistensi insulin yang diberi ekstrak sambiloto. Penelitian ini eksperimen laboratories, jenis rancangan acak lengkap dengan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebanyak 25 ekor tikus putih (Ratus norvegicus) dibagi secara acak menjadi 5 kelompok masing- masing terdiri 5 ekor tikus putih. Kelompok kontrol (K) ada 2 yaitu K- tidak mendapat perlakuan, K+ dibuat model SOPK- resistensi insulin dengan pemberian testosterone propionate 28 hari. Kelompok perlakuan ekstrak sambiloto dosis 18 mg/ 100g bb /hari, kelompok perlakuan ekstrak sambiloto dosis 36 mg/ 100g bb /hari, kelompok perlakuan ekstrak sambiloto dosis 72 mg/ 100g bb /hari. Pemberian perlakuan diberikan satu kali sehari, dilaksanakan selama 4 siklus birahi tikus putih atau 15 hari. Hasil penelitian bahwa rerata dari uji Anova yang terbesar dengan nilai 8.0000 adalah folikel primer pada kelompok K- dan diikuti kelompok P1 dan P3 ekstrak sambiloto dosis 18 mg dan 36 mg dengan nilai retara sebesar 6.8000. Hasil uji normalitas dengan oneway sample kolmogorov smirnov test bahwa variabel folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, folikel de Graff mempunyai nilai p > 0.05 disimpulkan data berdistribusi normal. Hasil uji LSD terdapat perbedaan yang bermakna antara perkembangan folikel primer kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan nilai p sebesar 0.031, dan perkembangan folikel de Graff kelompok control dan kelompok perlakuan dengan nilai p sebesar 0.002, maka dengan ini disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna dengan penggunaan ekstrak sambiloto. Perlunya penggunaan dosis yang tepat dan waktu yang lebih lama dari ekstrak sambiloto dalam memperbaiki perkembangan folikel

References

Adams J, Polson DW, Abdulwahid N, Morris DV, Franks S, Mason HD, Tucker, M, Price J and Jacobs HS. 1985. ‘Multifollicular ovaries: clinical and endocrine features and response to pulsatile gonadotropin releasing hormone’. Lancet: 1375-1379
Adashi EY. 1996. Hyperinsulinemic Androgenisme : ‘A Pathophysiologic Paradox’. In : Chang RJ. Polycistic Ovary Syndrome. Serono Symposia USA Inc. Massachusetts.: 245-64
ADA. 1997.’Consensus Development Conference on Insulin Resistance’. 5-6 November. Diabetes Care, Vol. 21: 2;310. Available online at: http://www.diabetes.org/Diabetes Care/ 1998-02/pg 310
Anonim. 2006. Andrographis. http://www.altacancer.com. [21 Februari 2013] Azziz R. 2002 . Editorial ; ‘Polycyctic Ovary Syndrome , Insulin Resistence and
Moleculer Defect of Insulin Signaling’. The Journal of Cinical Endocrinology and metabolism. 87: 9 : 4085
Balen AH and Dunger D. 1995. ‘Pubertal maturation of the internal genitalia.
Ultrasound Obstet’. Gynecol. 6: 164-165
Bonora E, Targher MD, Alberiche M, Bonadonna RC, Saggiani F and Zenere MB. 2000. ‘Homeostatis Model Assesment Closely Mirrors the Glucose Clamp Tekhnique in the Assesment of Insulin Sensitivity’. Diabetic Care. 23: 57-63
Campbell S, Goessens L, Goswamy R and Whitehead M. 1982 ‘Real-time ultrasonography for determination of ovarian morphology and volume’. Lancet, 1: 425-428
Cheung AP, Lu JKH, Chang RJ. 1996. ‘Hypothalamic-Pituitary Dynamics in Polycystic Ovary Syndrome’. Serono Symposia USA Inc. Massachusetts. 254 – 64
Depkes RI. 2009. Farmakope Herbal Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Dewailly D, Robert Y, Helin I, Ardaens Y, Thomas-Desrousseaux P, Lemaitre L and Fossati P. 1994. ‘Ovarian stromal hypertrophy in hyperandrogenic women’. Clin. Endocrinol. 41: 557-562
Dewailly D. 1997. Definition and significance of polycystic ovaries. In Rosenfield, R.L. (ed.). ‘Hyperandrogenic States and Hirsutism. Balliere's Clin’. Obstet. Gynaecol.11: 349-368
Dunaif A. 1989. Segal KR, Futterweit W. ‘Profound peripheral Insulin Resistenace, Independent of Obesity’. in Polycistic Ovary syndrome. Diabetes: 57
Dunaif A.1995. Hyperandrogenic anovulation (PCOS) ; ‘a Unique Disorders of Insulin Action associated with an increased Risk of Insulin Action Associated with an Increased Risk of Non Insulin Dependent Diabetes Melitus’. Am J Med : 98
Dunaif A. 1999. ‘Insulin Action in The Polycystic Ovary Syndrome’.Endocrinology and Metabolism Clinics. Vol. 28: 2: 341-59
Dunaif A. 1996. ‘Finegood DT. Β Cell Dysfunction Independent of Obesity and Glucose Intolerance in The Polycystic Ovary Syndrome’. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism. Vol. 51: 3; 942-7
Enhrmann DA, Barness RB and Rosenfiled RL. ‘Polycistic ovary syndrome asa a form of functional ovarian hyperandrogenisme due to dysregulation of androgen secretion Endocr Rev’. 1995; 16 3; 322-53
Goldstein SR. 1991. Endovaginal Ultrasound. 2nd Ed. New York: Wiley-Liss Gonzales C et al. 2000. Role of 17 B estradiol and / or progesterone on insulin
sensitivity in the rat: implication during pregnancy. Journal of Endokrinology 166,283-291.
Hughesdon PE. 1982. ‘Morphology and morphogenesis of the Stein- Leventhal ovary and of so-called `hyperthecosis'. Obstet. Gynecol. Surv., 37: 59-77
Kumalasari LOR. 2006. ‘Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya’. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No. 1, April 2006, 01-07
Lobo RA, Granger L, Goebelsmann U, 1981. ‘Elevations in Unbound serum estradol as a possible mechanism for inappropriate gonadotropin secretion in women with PCO’. Clin Endocrinol metab. 52:1 ; 156-58
Lobo RA. 1996. ‘Unifying Concept for Polycistic Ovary Syndrome. In : Chang RJ, Plycistic Ovary Syndrome’. Serono Symposia USA Inc. Massachusetts.: 334 – 52
Nestler JE. 2008.’ Metformin for the treatment of the polycystic ovary syndrome’. N Engl J Med; 358: 47–54
Naiyana T. 2002. Effects of Andrographis paniculata (Burm. F) Nees on ferformance, mortality, & coccidiosis in broiler chickens [disertasi]. Gottingen: Georg-August-University Gottingen, Germany
Norman RJ, Davies MJ, Lord J, Moran LJ. 2002. ‘The role of lifestyle modification in polycystic ovary syndrome’. Trends Endocrinol Metab. 13: 251–25
Palmert MR., Gordon CM, Kartashov AI. 2002. ‘Screening for Abnormal Glucose Tolerance in Adolescent with Polycystic Ovary Syndrome’. In: Endocrine Care of Special Interest to the Practice if Endocrinology. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, Vol. 87:3; 1017- 1023
Rohimah. 1997. Identifikasi Flavonoid yang memiliki Antifungal dari Damar (Hopea mangarawan) dan Shorea leptosula [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
Rujianto, Amad. 1997. Pengendalian Glukosa pada Tingkat Seluler. Majalah Kedokteran Unibraw Vol. XIII No. 3, 97-101
Riesma Viovica. 2011.http://riesmaviovica.blogspot.com/2011/10/polycystic- ovary-syndrome-pcos.html
Santoso B, Widjiati and Muttaqin DA. 2008. Jurnal Pengaruh Lama Paparan Androgen terhadap Indeks Resistensi Insulin dan Kadar Asam Lemak Bebas pada Serum Tikus Model Sindroma Ovarium Polikistik
Shao J et al, 2004. Physical Activity / Exercise and Type 2 Diabetes. Diabetic Care 27 (10): 2518- 2539
Samsulhadi. 2002. ‘Obesitas dan Kesehatan Reproduksi Wanita’ (Aplikasi Klinis berbasis moleculer) Dalam Tjokroprawiro A, Hendromartono,Sutjahyo Ari,Tandra A.National Obesity Simposium I,Hal 75-83
Subramanian R, Asmawi MZ, Sadikun A. 2008. ‘In vitro alpha-glucosidase and alphaamylase enzyme inhibitory effects of Andrographis paniculata extract and andrographolide’. Acta, J. Biochem. Pol.,55(2):391-398
Sriningsih, Adji SW, Sumaryono W, Wibowo AE, Caidir, Firdayani, Kusumaningrum S, Kartakusuma P. 2002. ‘Analisa Senyawa Golongan Flavonoid Herba Tempuyung’ (Sonchus arvensis L), JSTF. Hal 21-25
Speroff L, Glass kase NG. 1999. ‘Anovulation and the Polycistic Ovary. In : Clinical Gynecological Endocrinology and Infertility’. 5th edition. Williams and Wilkins Baltimore. USA. pp 421 – 522
Speroff L FM. 2005. ‘Female infertility. In Clinical Gynecologic Endocrinolology and Infertility’.7th ed. Philadelphialippincott William & Wilkin pp 1014-67
Solomon CG. 1999. ‘The Epidemiology of Polycystic Ovary Syndrome: Prevalence and Associated Disease Risk’. Endocrinology and Metabolism Clinics, Vol. 28:2; 247-538
The Rotterdam ESHRE/ASRM – Sponsored Consensus Workshop Group Revised 2003 Consesnsus on Diagnostic Criteria and Long – term Helth Risks Related to Polycystic Ovary Syndrome. Fertility and Sterility. 81:1; 19-25
Toelihere,M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi. Penerbit Angkasa Bandung.
Utami P dan Tim Lentera. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes Mellitus Cetakan Ketiga. Yogyakarta: PT. Agromedia
Watson H, Wills D, Mason H. 1997. ‘The Effect Of Varian Steroid, Epidermal Growth Factor, Insulin –Like Growth factor Receptor.In Proceedings of Endokrin Society,79th Annual Meeting.Endokrin Society Press. Minneapolis.
Wibudi A. 2006. Mekanisme kerja Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) sebagai anti diabetes. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Wuragil DK. 2006. Potensi Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata) Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Keberadaan Tumor Nekrosis Faktor Alfa Pada Pankreas Tikus (Rattus norvegicus) Diabetes Hasil Paparan MLD-STZ. Skripsi Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Malang: Universitas Brawijaya
Yeh HC, Futterweit W and Thornton JC. 1987. ‘Polycystic ovarian disease : US features in 104 patients’. Radiology, 163 : 111-622
Yitnosumarto S.1993. Percobaan perencangan, Analisis dan Interprestasinya Gedia Pustaka Umum. Jakarta.
Yulinah E, Sukrasno, Fitri MA. 2011, ‘Aktivitas Antidiabetika Ekstrak Etanol Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees (Acanthaceae)’, JMS ITB Vol. 6